Setelah satelit Telkom-3 gagal mengorbit dan kemungkinan besar tak dapat digunakan lagi, Telkom akan tetap meluncurkan satelit pengganti Telkom-3. Setidaknya, butuh waktu 2,5 tahun untuk memanufaktur satelit Telkom yang baru.
Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengatakan, perlu waktu 2 tahun untuk memanufaktur satelit. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk mendesainnya lebih kurang 6 bulan.
"Kalau Telkom menggunakan pemanufaktur yang sama, maka hanya perlu waktu 2 tahun. Sebab, tidak butuh waktu lagi untuk mendesainnya," jelas Arief seusai acara silaturahim Masyarakat Telematika Indonesia di Jakarta, Kamis (6/9/2012).
Saat ini Telkom belum memutuskan perusahaan pemanufaktur dan tempat peluncuran satelit baru. Sebab, perusahaan masih mengevaluasi kegagalan mengorbit Telkom-3 yang diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan, 7 Agustus 2012. Sementara untuk perusahaan kontraktor satelitnya, Telkom menggandeng perusahaan ISS Reshetnev dari Rusia.
Demi keamanan nasional
Untuk langkah jangka pendek, Telkom akan menyewa satelit dari perusahaan telekomunikasi asing. "Ada banyak perusahaan penyedia satelit, kita cari yang harganya paling kompetitif dan cari yang cakupannya pas," kata Arief.
Dalam hal bisnis, lanjut Arief, menyewa atau membeli itu harganya hampir sama. Namun, Telkom butuh satelit sendiri demi keamanan nasional, dalam hal ini untuk urusan militer dan finansial.
"Bangsa ini butuh keamanan nasional. Militer dan finansial harus kita sendiri yang pegang," tegasnya.
Biaya pembuatan hingga peluncuran Satelit Telkom-3 membutuhkan 200 juta dollar AS (sekitar Rp 1,8 triliun). Telkom telah mengasuransikan penuh satelit tersebut sehingga jika terjadi sesuatu, tidak ada dampak keuangan yang signifikan.
Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 transponder, yang terdiri dari 24 transponder Standard C-band 36MHz, 8 transponder Extended C-band 54MHz bandwidth, 4 transponder KU-band 36MHz bandwidth, dan 6 transponder KU-band 54MHz bandwidth.
Cakupan geografis Standard C-band adalah Indonesia dan negara Asia Tenggara lain, Extended C-band mencakup Indonesia dan Malaysia, dan KU-band mencakup seluruh Indonesia.
source
Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengatakan, perlu waktu 2 tahun untuk memanufaktur satelit. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk mendesainnya lebih kurang 6 bulan.
"Kalau Telkom menggunakan pemanufaktur yang sama, maka hanya perlu waktu 2 tahun. Sebab, tidak butuh waktu lagi untuk mendesainnya," jelas Arief seusai acara silaturahim Masyarakat Telematika Indonesia di Jakarta, Kamis (6/9/2012).
Saat ini Telkom belum memutuskan perusahaan pemanufaktur dan tempat peluncuran satelit baru. Sebab, perusahaan masih mengevaluasi kegagalan mengorbit Telkom-3 yang diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan, 7 Agustus 2012. Sementara untuk perusahaan kontraktor satelitnya, Telkom menggandeng perusahaan ISS Reshetnev dari Rusia.
Demi keamanan nasional
Untuk langkah jangka pendek, Telkom akan menyewa satelit dari perusahaan telekomunikasi asing. "Ada banyak perusahaan penyedia satelit, kita cari yang harganya paling kompetitif dan cari yang cakupannya pas," kata Arief.
Dalam hal bisnis, lanjut Arief, menyewa atau membeli itu harganya hampir sama. Namun, Telkom butuh satelit sendiri demi keamanan nasional, dalam hal ini untuk urusan militer dan finansial.
"Bangsa ini butuh keamanan nasional. Militer dan finansial harus kita sendiri yang pegang," tegasnya.
Biaya pembuatan hingga peluncuran Satelit Telkom-3 membutuhkan 200 juta dollar AS (sekitar Rp 1,8 triliun). Telkom telah mengasuransikan penuh satelit tersebut sehingga jika terjadi sesuatu, tidak ada dampak keuangan yang signifikan.
Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 transponder, yang terdiri dari 24 transponder Standard C-band 36MHz, 8 transponder Extended C-band 54MHz bandwidth, 4 transponder KU-band 36MHz bandwidth, dan 6 transponder KU-band 54MHz bandwidth.
Cakupan geografis Standard C-band adalah Indonesia dan negara Asia Tenggara lain, Extended C-band mencakup Indonesia dan Malaysia, dan KU-band mencakup seluruh Indonesia.
source